Lombok
merupakan salah satu pulau yang memiliki pemandangan yang indah dan sering
dijadikan destinasi wisata oleh penduduk asli Indonesia maupun penduduk asing
yang berasal dari mancanegara. Pulau Lombok terletak di provinsi Nusa tenggara
barat. Pulau Lombok merupakan salah satu pulau terbesar yang ada di NTB
dengan luas wilayah sekitar 5.435 km². Suku terbesar yang mendiami Pulau Lombok
adalah Suku Sasak dengan presentase 85%, mereka merupakan suku asli dari Pulau
Lombok. Selain itu Pulau Lombok juga didiami oleh suku Bali, Jawa, Bugis,
Banjar, Melayu, Cina dan Arab.
Di Pulau Lombok agama yang paling
besar penganutnya adalah agama Islam, setelah itu agama Hindu yang dianut oleh
orang-orang keturunan bali, barulah agama yang lain seperti Kristen dan Buddha.
Selain keempat agama tersebut juga ada agama yang berkembang dikalangan Suku
Sasak, yaitu Boda. Boda adalah agama tertua suku sasak yang diwariskan oleh
leluhur mereka. Bahasa daerah yang dituturkan di Pulau Lombok oleh Suku asli
Sasak disebut dengan Bahasa Sasak. Bahasa Sasak dapat dikelompokkan ke dalam
ragam bahasa yang sama dengan Bahasa Jawa dan Bali. Banyak sekali kosa kata
yang cara pelafalan, penggunaan dan maknanya sama dengan kosa kata dalam Bahasa
Bali dan Jawa. Ini desebabkan oleh kedekatan geografis dan historis di antara
mereka. Selain keindahan alamnya, Pulau Lombok juga mempunyai
kebudayaan-kebudayaan menarik mulai dari rumah adat, upacara adat dan tradisi
lainnya. Berikut adalah kebudayaan-kebudayaan yang ada di Pulau Lombok :
Rumah Adat
Dalam adat masyarakat lombok, rumah
adat sasak ini memiliki posisi cukup penting untuk kehidupan manusia, yakni
sebagai tempat privasi keluarga untuk berlindung. Bahkan bukan hanya berlindung
secara jasmani, namun juga untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Maka dari
itu, bila kita memperhatikan arsitektur rumah adat suku sasak dengan cermat,
kita dapat menemukan bahwa rumah tersebut memiliki estetika, lokal
masyarakatnya. Setiap ruangan dalam rumah, dibagi berdasarkan kegunaan
masing-masing, seperti untuk tempat tidur, ruang melahirkan para ibu, tempat
menyimpan harta dan penyimpanan jenazah sebelum dikebumikan.
Upacara Adat
- Bau Nyale
Upacara adat bau nyale atau
menangkap nyale sudah merupakan sebuah tradisi yang turun temurun dan memiliki
nilai sakral yang sangat tinggi bagi suku Sasak (suku asli Pulau Lombok).
Upacara adat bau nyale ini biasanya diadakan sekali dalam setahun antara bulan
Februari dan bulan maret, atau tanggal 20 bulan kesepuluh menurut kalender
Sasak. Panyelenggaraan acara bau nyale ini dipusatkan di Kabupaten Lombok
Tengah bagian Selatan, tepatnya di Pantai Seger Lombok, Desa Kuta, Kecamatan
Pujut. Acara ini biasanya dilangsungkan pada malam hari hingga pagi hari.
Selain dihadiri oleh seluruh masyarakat setempat, wisatawan asing maupun lokal,
acara bau nyale ini juga di hadiri oleh para pejabat Kabupaten maupun pejabat
dari Provinsi Nusa Tenggara Barat serta ribuan massa dari segala penjuru
Kabupaten Lombok Tengah yang datang tumpah ruah memadati Pantai Seger Lombok
tempat dilangsungkannya acara bau nyale ini.
- Perang Topat
Perang
topat merupakan tradisi saling lempar dengan menggunakan ketupat. Dengan
menggunakan pakaian adat ribuan warga Sasak dan umat Hindu bersama-sama dengan
damai merayakan upacara keagamaan yang dirayakan tiap tahun di Pura Lingsar,
Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, tepatnya setiap purnama
ke-7 menurut kalender Sasak.
Tradisi
Perang Topat yang diadakan di Pura terbesar di Lombok peninggalan kerajaan Karangasem
itu merupakan pencerminan dari kerukunan umat beragama di Lombok. Prosesi
Perang Topat dimulai dengan mengelilingkan sesaji berupa makanan, buah, dan
sejumlah hasil bumi sebagai sarana persembahyangan dan prosesi ini didominasi
masyarakat Sasak dan beberapa tokoh umat Hindu yang ada di Lombok. Sarana
persembahyangan seperti kebon odek, sesaji ditempatkan didalam Pura Kemalik.
Prosesi
kemudian dilanjutkan dengan perang topat, bertepatan dengan gugur bunga waru
atau dalam bahasa Sasaknya “rorok kembang waru” yakni menjelang tenggelamnya
sinar matahari sekitar pukul 17.30. Perang topat merupakan rangkaian
pelaksanaan upacara pujawali yaitu upacara sebagai ungkapan rasa syukur umat
manusia yang telah diberikan keselamatan, sekaligus memohon berkah kepada Sang
Pencipta.
- Rebo Bontong
Upacara
Rebo bontong dimaksudkan untuk menolak bala (bencana/penyakit), dilaksanakan
setiap tahun sekali tepat pada hari Rabu minggu terakhir bulan Safar. Menurut
kepercayaan masyarakat Sasak bahwa pada hari Rebo Bontong adalah merupakan
puncak terjadi Bala (bencana/penyakit), sehingga sampai sekarang masih
dipercaya untuk memulai suatu pekerjaan tidak diawali pada hari Rebo Bontong.
Rebo Bontong ini mengandung arti Rebo dan Bontong yang berarti putus sehingga
bila diberi awalan pe menjadi pemutus. Upacara Rebo Bontong ini sampai sekarang
masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan Pringgabaya.
Kesenian
Adat
- Tandang Mendet
Tari tandang mendet
atau tarian Perang merupakan salah satu tarian yang ada sejak jaman kejayaan
kerajaan Selaparang yang menggambarkan oleh keprajuritan atau peperangan.
Tarian ini dimainkan oleh belasan orang yang berpakaian lengkap dengan membawa
tombak, tameng, kelewang (pedang) dan diiringi dengan gendang beleq serta
sair-sair yang menceritakan tentang keperkasaan dan perjuangan, tarian ini bisa
ditemui di Sembalun.
- Gendang Beleq
Diberi nama gendang
beleq karena memang saat menarikannya memakai gendang yang sangat besar. Dulu
tarian ini biasa digunakan untuk mengiringi dan menyambut tentara yang akan
pergi dan pulang dari medan perang sebagai pemberi semangat. Gendang
beleq dapat dimainkan sambil berjalan atau duduk. Komposisi waktu berjalan
mempunyai aturan tertentu, berbeda dengan duduk yang tidak mempunyai aturan
pada waktu dimainkan, pembawa gendang beleq akan memainkannya sambil menari. Tari gendang beleq sudah menjadi warisan
budaya NTB maka tarian ini sering dipakai untuk menyambut tamu undangan penting
sebagai penghormatan.
- Slober
Kesenian Slober adalah salah satu jenis musik tradisional
Lombok yang tergolong cukup tua, alat-alat musiknya sangat unik dan sederhana yang
terbuat dari pelepah enau dengan panjang 1 jengkal dan lebar 3 cm. Kesenian
slober didukung juga dengan peralatan yang lainnya yaitu gendang, petuq,
rincik, gambus, seruling. Nama kesenian slober diambil dari salah seorang warga
Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela yang bernama Amaq Asih alias Amaq
Slober. Kesenian ini salah satu kesenian yang masih eksis sampai saat ini yang
biasanya dimainkan pada setiap bulan purnama.
- Periseian
Kesenian Bela diri ini sudah ada sejak jaman
kerajaan-kerajaan di Lombok. Pada perkembangannya hingga kini senjata yang
dipakai berupa sebilah rotan dengan lapisan aspal dan pecahan kaca yang
dihaluskan, sedangkan perisai terbuat dari kulit lembu atau kerbau. Setiap
pemainnya dilengkapi dengan ikat kepala dan kain panjang. Kesenian ini tak
lepas dari upacara ritual dan musik yang membangkitkan semangat untuk
berperang. Pertandingan akan dihentikan jika salah satu pemain mengeluarkan
darah atau dihentikan oleh juri. Walaupun perkelahian cukup seru bahkan sering
terjadi cidera hingga mengucurkan darah didalam arena, tetapi diluar arena
sebagai pemain yang menjunjung tinggi sportivitas tidak ada dendam diantara
mereka.
Sumber :
http://www.idtraveladdict.com/2016/02/kebudayaan-di-lombok-rumah-adat-bahasa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar